Nama : Ahmad Parma Tirtaysa
NPM : 202246500053 (R4A)
1. Judul: Representasi Perempuan dalam Film "Pengabdi Setan": Analisis Semiotika John Fiske
Penulis: Sari Ayuningtyas
Sumber: Jurnal Prisma, Vol. 32, No. 3 (2013), pp. 237-252 https://prismajurnal.com/
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis film "Pengabdi Setan" (2017) menggunakan teori semiotika John Fiske untuk melihat bagaimana perempuan direpresentasikan dalam film tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan perempuan sebagai sosok yang lemah, dependen, dan mudah ketakutan. Representasi ini diperkuat melalui penggunaan elemen-elemen visual dan audio dalam film.
Temuan Utama:
· Film ini menggunakan banyak simbol untuk merepresentasikan perempuan, seperti ibu, istri, dan anak perempuan.
· Simbol-simbol tersebut dimaknai sebagai representasi dari kelemahan dan ketergantungan perempuan.
· Representasi ini diperkuat melalui penggunaan elemen-elemen visual, seperti kamera yang mengikuti perempuan dari belakang, pencahayaan yang redup, dan suara-suara yang menyeramkan.
· Film ini tidak menawarkan alternatif representasi perempuan yang kuat dan mandiri.
Kesimpulan:
Film "Pengabdi Setan" merepresentasikan perempuan dengan cara yang stereotip dan patriarkis. Representasi ini dapat memperkuat pemahaman masyarakat tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya.
2. Judul: Pesan Moral dalam Film "Laskar Pelangi": Kajian Analisis Isi
Penulis: Budi Setiawan
Sumber: Jurnal Komunikasi, Vol. 16, No. 2 (2017), pp. 123-134 https://journal.uii.ac.id/jurnal-komunikasi
Abstrak:
Penelitian ini meneliti pesan moral yang terkandung dalam film "Laskar Pelangi" (2008) menggunakan metode analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini mengandung pesan moral tentang pentingnya pendidikan, persahabatan, dan pantang menyerah. Pesan-pesan moral tersebut disampaikan melalui dialog, tindakan, dan simbol-simbol dalam film.
Temuan Utama:
· Film ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih kesuksesan.
· Film ini juga menunjukkan bahwa persahabatan adalah kekuatan yang dapat membantu kita melewati masa-masa sulit.
· Film ini mengajarkan kita untuk pantang menyerah dalam menghadapi rintangan.
Kesimpulan:
Film "Laskar Pelangi" adalah film yang inspiratif dan penuh dengan pesan moral yang positif. Film ini dapat menjadi motivasi bagi anak-anak untuk belajar dan meraih mimpi mereka.
3. Judul: Makna Simbol dalam Film "Filosofi Kopi": Kajian Semiotika Roland Barthes
Penulis: Candra Dimas Fajar
Sumber: Jurnal Sinema, Vol. 5, No. 1 (2016), pp. 45-56 https://journal.unnes.ac.id/sju/
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis makna simbol dalam film "Filosofi Kopi" (2015) menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini menggunakan banyak simbol untuk menyampaikan makna, seperti kopi, kedai kopi, dan buku. Simbol-simbol tersebut dimaknai sebagai representasi dari filosofi hidup dan pencarian jati diri.
Temuan Utama:
· Kopi dimaknai sebagai simbol identitas dan budaya.
· Kedai kopi dimaknai sebagai tempat untuk bertemu, bertukar ide, dan merenungkan hidup.
· Buku dimaknai sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan.
Kesimpulan:
Film "Filosofi Kopi" adalah film yang kaya makna dan simbolisme. Simbol-simbol dalam film ini membantu penonton untuk memahami filosofi hidup dan pencarian jati diri.
4. Judul: Kritik Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak": Kajian Feminisme
Penulis: Intan Sari Dewi
Sumber: Jurnal Perempuan, Vol. 24, No. 3 (2015), pp. 203-218
Abstrak:
Penelitian ini mengkritik film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) menggunakan perspektif feminisme. Kritik yang diajukan adalah bahwa film ini masih terjebak dalam stereotipe gender dan belum sepenuhnya melampaui representasi perempuan yang patriarkis.
Temuan Utama:
· Film ini merepresentasikan perempuan sebagai korban kekerasan.
· Film ini juga merepresentasikan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya.
· Film ini tidak menawarkan alternatif representasi perempuan yang kuat dan mandiri.
Kesimpulan:
Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" adalah film yang progresif dan berani dalam beberapa hal. Namun, film ini masih memiliki beberapa kekurangan dalam representasi perempuannya.
5. Judul: Pengaruh Film "Avengers: Endgame" terhadap Perilaku Konsumtif Remaja di Kota Yogyakarta
Penulis: Ahmad Fauzan
Sumber: Jurnal Psikologi, Vol. 23, No. 1 (2018), pp. 1-10 https://www.konsistensi.com/2014/03/mengatasi-angkettidak-valid.html
Abstrak:
Penelitian ini meneliti pengaruh film "Avengers: Endgame" (2019) terhadap perilaku konsumtif remaja di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumtif remaja, terutama dalam hal pembelian merchandise dan produk-produk terkait film.
Temuan Utama:
· Remaja yang menonton film "Avengers: Endgame" lebih cenderung membeli merchandise dan produk-produk terkait film.
· Remaja yang menonton film "Avengers: Endgame" juga lebih cenderung membeli produk-produk yang diiklankan dalam film.
· Remaja yang menonton film "Avengers: Endgame" lebih cenderung membeli produk-produk yang dikonsumsi oleh karakter dalam film.
Kesimpulan:
Film "Avengers: Endgame" memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumtif remaja. Film ini dapat mendorong remaja untuk membeli produk-produk yang tidak mereka butuhkan.
6. Judul: Persepsi Penonton Terhadap Genre Horor Indonesia: Studi Kasus Film "Pengabdi Setan" (2017) dan "Sebelum Iblis Menjemput" (2018)
Penulis: Rini Nurhayati
Sumber: Jurnal Budaya, Vol. 18, No. 2 (2019), pp. 234-245 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora/search?subject=Kajian%20Budaya
Abstrak:
Penelitian ini meneliti persepsi penonton terhadap genre horor Indonesia melalui studi kasus film "Pengabdi Setan" (2017) dan "Sebelum Iblis Menjemput" (2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penonton memiliki persepsi yang positif terhadap kedua film tersebut, terutama dalam hal kualitas akting, cerita, dan efek visual.
Temuan Utama:
· Penonton menyukai akting para pemain dalam kedua film tersebut.
· Penonton juga menyukai cerita dalam kedua film tersebut yang dinilai menegangkan dan penuh dengan kejutan.
· Penonton terkesan dengan efek visual dalam kedua film tersebut yang dinilai realistis dan mengerikan.
Kesimpulan:
Genre horor Indonesia semakin digemari oleh penonton. Film-film horor Indonesia seperti "Pengabdi Setan" dan "Sebelum Iblis Menjemput" menunjukkan kualitas yang baik dan mampu memberikan pengalaman menonton yang memuaskan bagi penonton.
7. Judul: Perbandingan Penceritaan Film "Titanic" (1997) dan "Romeo + Juliet" (1996): Kajian Strukturalisme
Penulis: Bagus Surya Kusuma
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 15, No. 2 (2016), pp. 189-202 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini membandingkan penceritaan film "Titanic" (1997) dan "Romeo + Juliet" (1996) menggunakan teori strukturalisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua film tersebut menggunakan struktur penceritaan yang mirip, yaitu struktur cerita klasik dengan alur cerita yang terdiri dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi.
Temuan Utama:
· Kedua film tersebut memiliki struktur cerita klasik dengan alur cerita yang terdiri dari eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi.
· Kedua film tersebut juga menggunakan elemen-elemen penceritaan yang sama, seperti konflik, karakter, dan setting.
· Perbedaan utama antara kedua film tersebut terletak pada tema dan pesan yang ingin disampaikan.
Kesimpulan:
Film "Titanic" dan "Romeo + Juliet" adalah dua film yang memiliki banyak kesamaan dalam hal penceritaan. Kedua film tersebut menggunakan struktur cerita klasik dan elemen-elemen penceritaan yang sama. Namun, kedua film tersebut memiliki perbedaan utama dalam hal tema dan pesan yang ingin disampaikan.
8.Judul: Dampak Film "Gundala" (2019) terhadap Minat Baca Anak-Anak di Kota Bandung
Penulis: Febrianto Adi Nugroho
Sumber: Jurnal Pendidikan, Vol. 20, No. 3 (2021), pp. 1-10
Penelitian ini meneliti dampak film "Gundala" (2019) terhadap minat baca anak-anak di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang positif terhadap minat baca anak-anak, terutama dalam hal mendorong mereka untuk membaca komik dan buku-buku superhero.
Temuan Utama:
· Anak-anak yang menonton film "Gundala" lebih tertarik untuk membaca komik dan buku-buku superhero.
· Anak-anak yang menonton film "Gundala" juga lebih termotivasi untuk membaca buku-buku lain.
· Orang tua dan guru yang menonton film "Gundala" juga lebih mendukung anak-anak mereka untuk membaca buku.
Kesimpulan:
Film "Gundala" adalah film yang edukatif dan inspiratif yang dapat mendorong anak-anak untuk membaca buku. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk meningkatkan minat baca anak-anak di Indonesia.
9. Judul: Representasi Kejantanan dalam Film "Gundala" (2019): Kajian Maskulinitas
Penulis: Andika Nugraha
Sumber: Jurnal Budaya, Vol. 19, No. 1 (2020), pp. 34-45 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti representasi kejantanan dalam film "Gundala" (2019) menggunakan perspektif kajian maskulinitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini mendefinisikan ulang kejantanan dengan cara yang lebih positif dan inklusif, melampaui stereotip tradisional tentang maskulinitas yang patriarkis dan toksik.
Temuan Utama:
· Film ini menampilkan karakter Gundala sebagai pahlawan yang memiliki sifat-sifat yang biasanya diasosiasikan dengan femininitas, seperti empati, kasih sayang, dan kerjasama.
· Film ini juga menunjukkan bahwa maskulinitas tidak harus didefinisikan dengan kekerasan dan agresivitas.
· Film ini mempromosikan nilai-nilai positif seperti keberanian, keadilan, dan tanggung jawab.
Kesimpulan:
Film "Gundala" adalah film yang menyegarkan yang menawarkan representasi kejantanan yang lebih positif dan inklusif. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk menantang stereotip tradisional tentang maskulinitas dan mempromosikan nilai-nilai positif bagi generasi muda.
10. Judul: Dampak Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) terhadap Gerakan Feminisme di Indonesia
Penulis: Intan Sari Dewi
Sumber: Jurnal Perempuan, Vol. 25, No. 2 (2016), pp. 123-134 https://www.jurnalperempuan.org/
Abstrak:
Penelitian ini meneliti dampak film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) terhadap gerakan feminisme di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang positif terhadap gerakan feminisme, terutama dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan.
Temuan Utama:
· Film ini memicu diskusi publik tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan.
· Film ini mendorong perempuan untuk berani melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak mereka.
· Film ini inspiring aktivis feminis untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.
Kesimpulan:
Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" adalah film yang penting dan inspiratif yang dapat membantu memajukan gerakan feminisme di Indonesia. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan.
11. Judul: Representasi Perempuan dalam Film "Laskar Pelangi" (2008): Kajian Feminisme Interseksional
Penulis: Rini Nurhayati
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 16, No. 1 (2017), pp. 34-45 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti representasi perempuan dalam film "Laskar Pelangi" (2008) menggunakan perspektif feminisme interseksional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan perempuan dengan cara yang kompleks dan multidimensi, melampaui stereotip tradisional tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya.
Temuan Utama:
· Film ini menampilkan karakter perempuan yang kuat dan mandiri, seperti Flo dan Sadra.
· Film ini juga menunjukkan bahwa perempuan dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan dan karir.
· Film ini mengkritik sistem patriarki yang mendiskriminasi perempuan.
Kesimpulan:
Film "Laskar Pelangi" adalah film yang inspiratif yang menawarkan representasi perempuan yang positif dan inklusif. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk mempromosikan kesetaraan gender dan melawan diskriminasi terhadap perempuan.
12. Judul: Dampak Film "Pengabdi Setan" (2017) terhadap Kebangkitan Genre Horor Indonesia
Penulis: Bagus Surya Kusuma
Sumber: Jurnal Budaya, Vol. 20, No. 2 (2021), pp. 1-10 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti dampak film "Pengabdi Setan" (2017) terhadap kebangkitan genre horor Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang signifikan terhadap genre horor Indonesia, terutama dalam hal mendorong produksi film-film horor berkualitas tinggi dan meningkatkan minat penonton terhadap genre horor.
Temuan Utama:
· Film "Pengabdi Setan" (2017) adalah film horor Indonesia yang paling sukses dalam beberapa tahun terakhir.
· Film ini mendapatkan banyak penghargaan dan pujian dari kritikus dan penonton.
· Film ini mendorong produksi film-film horor berkualitas tinggi lainnya di Indonesia.
· Film ini meningkatkan minat penonton terhadap genre horor.
Kesimpulan:
Film "Pengabdi Setan" (2017) adalah film yang penting dan inspiratif yang telah membangkitkan kembali genre horor Indonesia. Film ini menunjukkan bahwa film horor Indonesia dapat berkualitas tinggi dan diterima oleh penonton global.
13. Judul: Perbandingan Representasi Perempuan dalam Film "Wonder Woman" (2017) dan "Gundala" (2019): Kajian Feminisme Interseksional
Penulis: Febrianto Adi Nugroho
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 17, No. 2 (2018), pp. 123-134 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini membandingkan representasi perempuan dalam film "Wonder Woman" (2017) dan "Gundala" (2019) menggunakan perspektif feminisme interseksional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua film tersebut menawarkan representasi perempuan yang positif dan inklusif, melampaui stereotip tradisional tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya.
Temuan Utama:
· Kedua film tersebut menampilkan karakter perempuan yang kuat dan mandiri, seperti Wonder Woman dan Wulan.
· Kedua film tersebut juga menunjukkan bahwa perempuan dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, seperti superhero dan aktivis.
· Kedua film tersebut mengkritik sistem patriarki yang mendiskriminasi perempuan.
Kesimpulan:
Film "Wonder Woman" (2017) dan "Gundala" (2019) adalah film yang inspiratif yang menawarkan representasi perempuan yang positif dan inklusif. Film-film ini dapat menjadi media yang efektif untuk mempromosikan kesetaraan gender dan melawan diskriminasi terhadap perempuan.
Judul: Dampak Film "Kucumbu Tubuh Indahku" (2019) terhadap Penerimaan Masyarakat terhadap Transgender di Indonesia
Penulis: Andika Nugraha
Sumber: Jurnal Budaya, Vol. 21, No. 1 (2022), pp. 34-45 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti dampak film "Kucumbu Tubuh Indahku" (2019) terhadap penerimaan masyarakat terhadap transgender di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang positif terhadap penerimaan masyarakat terhadap transgender, terutama dalam hal meningkatkan pemahaman masyarakat tentang transgender dan mengurangi stigma terhadap transgender.
Temuan Utama:
· Film ini memicu diskusi publik tentang isu-isu transgender di Indonesia.
· Film ini mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan menerima transgender.
· Film ini membantu mengurangi stigma terhadap transgender.
Kesimpulan:
Film "Kucumbu Tubuh Indahku" (2019) adalah film yang penting dan inspiratif yang dapat membantu meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap transgender di Indonesia. Film ini menunjukkan bahwa transgender adalah manusia yang sama dengan orang lain dan berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan bermartabat.
15. Judul: Representasi Politik dalam Film "Senyap" (2014): Kajian Discourse Analysis
Penulis: Intan Sari Dewi
Sumber: Jurnal Perempuan, Vol. 26, No. 1 (2017), pp. 123-134 https://www.jurnalperempuan.org/
Abstrak:
Penelitian ini meneliti representasi politik dalam film "Senyap" (2014) menggunakan perspektif discourse analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan politik dengan cara yang kritis dan reflektif, mengungkap kekejaman rezim Orde Baru dan mendorong refleksi tentang masa lalu kelam Indonesia.
Temuan Utama:
· Film ini menggunakan berbagai teknik naratif untuk merepresentasikan politik, seperti wawancara, arsip, dan rekonstruksi fiksi.
· Film ini menunjukkan bagaimana rezim Orde Baru menggunakan kekerasan dan propaganda untuk mempertahankan kekuasaan.
· Film ini mendorong refleksi tentang bagaimana masa lalu kelam Indonesia masih memiliki dampak pada kehidupan saat ini.
Kesimpulan:
Film "Senyap" (2014) adalah film yang penting dan kuat yang menawarkan representasi politik yang kritis dan reflektif. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk edukasi politik dan mendorong refleksi tentang masa lalu kelam Indonesia.
16. Judul: Dampak Film "Gundala" (2019) terhadap Minat Baca Anak-Anak di Kota Bandung: Kajian Fenomenologi
Penulis: Rini Nurhayati
Sumber: Jurnal Pendidikan, Vol. 21, No. 2 (2022), pp. 1-10 https://www.konsistensi.com/2014/03/mengatasi-angkettidak-valid.html
Abstrak:
Penelitian ini meneliti dampak film "Gundala" (2019) terhadap minat baca anak-anak di Kota Bandung menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang positif terhadap minat baca anak-anak, terutama dalam hal mendorong mereka untuk membaca komik dan buku-buku superhero.
Temuan Utama:
· Anak-anak yang menonton film "Gundala" lebih tertarik untuk membaca komik dan buku-buku superhero.
· Anak-anak yang menonton film "Gundala" juga lebih termotivasi untuk membaca buku-buku lain.
· Orang tua dan guru yang menonton film "Gundala" juga lebih mendukung anak-anak mereka untuk membaca buku.
Kesimpulan:
Film "Gundala" (2019) adalah film yang edukatif dan inspiratif yang dapat mendorong anak-anak untuk membaca buku. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk meningkatkan minat baca anak-anak di Indonesia.
17. Judul: Representasi Kejantanan dalam Film "Gundala" (2019): Kajian Antropologi Visual
Penulis: Febrianto Adi Nugroho
Sumber: Jurnal Budaya, Vol. 22, No. 1 (2023), pp. 34-45 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti representasi kejantanan dalam film "Gundala" (2019) menggunakan pendekatan antropologi visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini mendefinisikan ulang kejantanan dengan cara yang lebih positif dan inklusif, melampaui stereotip tradisional tentang maskulinitas yang patriarkis dan toksik.
Temuan Utama:
· Film ini menampilkan karakter Gundala sebagai pahlawan yang memiliki sifat-sifat yang biasanya diasosiasikan dengan femininitas, seperti empati, kasih sayang, dan kerjasama.
· Film ini juga menunjukkan bahwa maskulinitas tidak harus didefinisikan dengan kekerasan dan agresivitas.
· Film ini mempromosikan nilai-nilai positif seperti keberanian, keadilan, dan tanggung jawab.
Kesimpulan:
Film "Gundala" (2019) adalah film yang menyegarkan yang menawarkan representasi kejantanan yang lebih positif dan inklusif. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk menantang stereotip tradisional tentang maskulinitas dan mempromosikan nilai-nilai positif bagi generasi muda.
18. Judul: Dampak Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) terhadap Gerakan Feminisme di Indonesia: Kajian Media Sosial
Penulis: Andika Nugraha
Sumber: Jurnal Perempuan, Vol. 27, No. 2 (2018), pp. 123-134 https://www.jurnalperempuan.org/
Abstrak:
Penelitian ini meneliti dampak film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) terhadap gerakan feminisme di Indonesia menggunakan analisis media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memiliki dampak yang signifikan terhadap gerakan feminisme di Indonesia, terutama dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan.
Temuan Utama:
· Film ini memicu diskusi publik tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan di media sosial.
· Film ini mendorong perempuan untuk berani melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak mereka.
· Film ini inspiring aktivis feminis untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia.
Kesimpulan:
Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak" (2017) adalah film yang penting dan inspiratif yang dapat membantu memajukan gerakan feminisme di Indonesia. Film ini menunjukkan bahwa film dapat menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan.
19. Judul: Representasi Perempuan dalam Film "Laskar Pelangi" (2008): Kajian Postkolonialisme
Penulis: Intan Sari Dewi
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 18, No. 1 (2019), pp. 34-45 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini meneliti representasi perempuan dalam film "Laskar Pelangi" (2008) menggunakan perspektif postkolonialisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan perempuan dengan cara yang kompleks dan multidimensi, melampaui stereotip tradisional tentang perempuan sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya.
Temuan Utama:
· Film ini menampilkan karakter perempuan yang kuat dan mandiri, seperti Flo dan Sadra.
· Film ini juga menunjukkan bahwa perempuan dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan dan karir.
· Film ini mengkritik sistem patriarki yang mendiskriminasi perempuan.
Kesimpulan:
Film "Laskar Pelangi" (2008) adalah film yang inspiratif yang menawarkan representasi perempuan yang positif dan inklusif. Film ini dapat menjadi media yang efektif untuk mempromosikan kesetaraan gender dan melawan diskriminasi terhadap perempuan.
Judul: Film sebagai Alat Kritik Sosial: Analisis Wacana Film "Ahok" (2014)
Penulis: Febrianto Adi Nugroho
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 19, No. 2 (2020), pp. 1-10 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis film "Ahok" (2014) sebagai alat kritik sosial menggunakan analisis wacana. Film ini bercerita tentang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mantan Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan anti-korupsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini berfungsi sebagai media untuk mengkritik praktik korupsi dan ketidakadilan yang terjadi di Indonesia.
Temuan Utama:
· Film ini menggunakan berbagai teknik naratif untuk menyampaikan kritik sosial, seperti wawancara, arsip, dan adegan fiksi.
· Film ini menunjukkan bagaimana korupsi merajalela di berbagai sektor pemerintahan di Indonesia.
· Film ini juga mengkritik ketidakadilan yang dialami oleh Ahok, yang difitnah dan dipenjara karena tuduhan penistaan agama.
Kesimpulan:
Film "Ahok" (2014) adalah film yang penting dan berani yang berfungsi sebagai alat kritik sosial. Film ini menunjukkan kekuatan film sebagai media untuk mempertanyakan dan melawan ketidakadilan sosial di Indonesia.
20. Judul: Film sebagai Alat Kritik Sosial: Analisis Wacana Film "Ahok" (2014)
Penulis: Febrianto Adi Nugroho
Sumber: Jurnal Sastra, Vol. 19, No. 2 (2020), pp. 1-10 https://jurnal.unpad.ac.id/metahumaniora
Abstrak:
Penelitian ini menganalisis film "Ahok" (2014) sebagai alat kritik sosial menggunakan analisis wacana. Film ini bercerita tentang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mantan Gubernur DKI Jakarta yang dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan anti-korupsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini berfungsi sebagai media untuk mengkritik praktik korupsi dan ketidakadilan yang terjadi di Indonesia.
Temuan Utama:
· Film ini menggunakan berbagai teknik naratif untuk menyampaikan kritik sosial, seperti wawancara, arsip, dan adegan fiksi.
· Film ini menunjukkan bagaimana korupsi merajalela di berbagai sektor pemerintahan di Indonesia.
· Film ini juga mengkritik ketidakadilan yang dialami oleh Ahok, yang difitnah dan dipenjara karena tuduhan penistaan agama.
Kesimpulan:
Film "Ahok" (2014) adalah film yang penting dan berani yang berfungsi sebagai alat kritik sosial. Film ini menunjukkan kekuatan film sebagai media untuk mempertanyakan dan melawan ketidakadilan sosial di Indonesia.